Maya

Maya
Who am I.?

Sabtu, 21 Juni 2014

Pelajaran dari seorang Gundik

       Nyai Ontosoroh, seorang gundik yang memegang Boerderij Buitenzorg (Belanda) : Perusahaan Pertanian sedikit banyak menginspirasiku saat terlarut dalam kesedihan. Terus terang kekaguman serta semangat kembali muncul ketika melihat tokoh satu ini. Nyai Ontosoroh yang mempunyai dua orang anak hasil peranakan dari seorang Nederland, "Tuan Besar Kuasa Herman Mellema". Nyai Ontosoroh merupakan seorang Pribumi yang sejauh ini masih ku pandang sebagai tokoh yang menginspirasi. Tekadnya agar tidak terlarut dan bergantung pada suatu keadaan apapun membuatku kembali berpikir tentang langkah yang aku tempuh. Biarpun dulu tuan Mellema begitu baik dan memperlakukan dia sebagai seorang yang di sayangi namun dia tidak mau bergantung terhadap tuan Mellema. Dia tetap memikirkan kemungkinan terberat dalam hidupnya jika suatu saat keadaan sudah berganti ataupun tuan Mellema pulang ke Negeri asalnya Nederland. Poin yang dapat saya ambil dari secuplik sikap yang di punyai tokoh Nyai Ontosoroh adalah jangan terlalu berlarut dalam keadaan yang menghancurkan. 
       Ketika Nyai Ontosoroh di jual kepada Tuan Besar Kuasa oleh ayahnya yang seorang jurutulis "Sastrotomo" sejatinya mengorbankan dia demi suatu pangkat yang lebih tinggi yakni jurubayar (kassier pemegang kas pabrik gula Tulangan, Sidoarjo). Nyai Ontosoroh  mencoba berpikir dan tetap tegar dengan polemik yang menimpanya. Namun satu yang tidak saya setujui dari tokoh ini, bagaimana pun keadaannya, seorang ayah tetaplah ayah, biarpun dia bersikap seolah seperti binatang, dia tetaplah lelaki yang berjasa dalam hidupnya. Rasa benci yang di miliki oleh Nyai Ontosoroh sebisa mungkin tidak aku ambil dari tokoh satu ini. Memang yang namanya hati itu terkadang mempunyai penyakit yang memang sulit di binasakan dalam jangka pendek. Bagiku juga demikian, memaafkan orang yang sudah berbuat salah (sangat mendalam) sulit untuk di hilangkan. Terus terang orang tua ku tidak mengajarkanku untuk membenci sesama, dan aku juga tak akan membenci dalam hidupku, namun yang namanya memaafkan secara ikhlas itu belum bisa aku lakukan. 
        Kharismatik dari tokoh Nyai Ontosoroh yang merupakan perempuan Pribumi Jawa yang menjadi Nyai Tuan Eropa sangat menyesankan. Dia mengambil suatu pelajaran berharga dari kehidupannya bersama Herman Mellema yang melahirkan seorang putra Robert Mellema dan seorang bidadari bernama Annelies Mellema. Perwatakan antara kakak beradik ini sangat berbeda, Robert yang lebih bangga denga Eropanya sedangkan Annelies yang lebih suka dengan Pribumi Jawa. Sifatnya juga jauh berbeda, Robert lebih suka di hormati sebagai orang yang berkuasa sedangkan Annelies yang memiliki sikap seperti anak kecil namun sangat giat dalam melaksanakan pekerjaan yang di pasrahkan oleh Nyai Ontosoroh.
       Dan sejauh ini, saya masih tertarik dengan karakter yang di usung tokoh Nyai Ontosoroh, seberat dan sebesar apapun keadaan yang menghimpitnya, dia tetap mau belajar memperbaiki diri, demi dirinya beserta anaknya. Meskipun dia hanya dianggap sebagai Nyai serta Pribumi yang di pandang hina ataupun tidak memiliki harga diri, dia tetap ingin bangkit dan belajar terus menerus. Baginya keluarga (anak-anaknya) lebih penting dari segalanya. Mungkin aku juga harus demikian, memperkuat hati dengan suatu pengalaman yang menyakitkan dan menjadikan itu semua cambuk demi kehidupan yang jauh lebih baik lagi. Memang tidak mudah menghadapi itu semua sendirian, namun sebuah ketergantungan terhadap makhluk haruslah di hilangkan. Sebesar apapun itu, menuntut untuk menghadapinya sendirian.