Film Mengkontruksi Haluan Pemikiran
masyarakat
First Love
(A Little Thing Called Love) atau lebih
di kenal dengan Crazy Little Thing Called Love merupakan film yang di tulis
sekaligus sutradarai oleh Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn Wasin Pokpong. Film
yang berasal dari negeri Gajah Putih (Thailand) ini di gawangi oleh Somsak Tejcharattanaprasert Panya Nirankol sebagai
produser. Dalam film ini, di bintangi oleh Mario Maurer sebagai Khun Nam dan
Pimchanok Luevisadpaibul sebagai Khun Shone.
Dalam film
ini, di gambarkan bahwa Nam adalah sosok remaja perempuan yang tidak di
inginkan oleh para remaja, yang mana Nam ini tidak pintar, penampilannya juga
tidak menarik sama sekali. Kaum minoritas agaknya menjadi bagian dari hidup
Nam, yang mana bila di lihat dari fisiknya Nam ini adalah seorang yang
berkacamata kuno, memiliki kulit gelap serta rambut yang tidak terawat, di
tambah lagi Nam memakai kawat gigi yang justru bukannya memperbaiki nilai
dirinya justru malah membuatnya tersingkirkan.
Sedangkan
Shone adalah seorang laki-laki yang menjadi dambaan semua wanita. Shone
merupakan kakak kelas Nam yang mempunyai wajah tampan, sangat populer dan
sangat di kenal oleh semua. Di sini di ceritakan bahwa Nam (seorang yang tidak
menarik sama sekali) jatuh cinta kepada Shone (dambaan semua wanita).
Nam berusaha
keras untuk mendekati Shone, mulai dari mengikuti ekstrakulikuler, menjadi
seorang mayoret dadakan yang bukan menjadi keahliaan Nam (atas paksaan ibu Iin,
guru favorit Nam) sampai berusaha keras agar bisa menjadi ranking satu di
kelas. Dalam upayanya mendapatkan seorang Shone, teman-teman Nam membantu Nam
agar bisa menjadi cantik namun yang ada malah penampilan Nam menjadi sangat
kacau.
Suatu saat
Nam terpilih menjadi pemeran utama dalam drama putri salju, dalam drama
tersebut Nam di rias oleh kakak kelasnya. Dari situ, Nam berubah menjadi sosok
yang sangat cantik, dan mulai banyak yang tertarik dengan perubahan Nam
(terutama kaum dam). Dengan adanya perubahan pada diri Nam (menjadi sosok yang
menarik) Nam terpilih menjadi Mayor drum band, dan karena kecantikan Nam
tersebut teman Shone bernama Top juga
menyukai Nam.
Shone dan
Top sama-sama menyukai Nam, hanya saja Shone tidak terlalu memperlihatkan rasa
sukanya, sebaliknya Top yang berani menyatakan rasa sukanya kepada Nam, namun
Nam menolak Top. Saat valentine tiba Nam mendapatkan banyak hadiah dari banyak
lelaki. Singkat cerita Shone di pindahkan oleh ayahnya ke Bangkok sedangkan Nam
pergi ke Amerika karena mendapatkan juara 1. Dan Ending dalam film ini Shone
dan Nam bisa di pertemukan kembali dalam sebuah acara talk show di mana Nam
menjadi disigner terkenal dan Shone menjadi fotografer yang berhasil.
Analisis Film
“Masyarakat memperhatikan individu hanya sejauh ia
menguntungkan”, (Simone de Beauvoir, penulis Prancis. “Tubuh adalah penjara jiwa”, menurut
Plato. “Tubuh bisa di anggap sebuah mesin”, ujar
Descartes, “Tubuh adalah saya... Saya
adalah tubuh”, tandas Sartre, “Tubuh adalah musuh
saya,” tegas
Beauvoir. Maka melihat kutipan-kutipan di atas dapat di lihat bahwa tubuh
adalah penjara jiwa, mesin, diri, bahkan juga musuh.
Tubuh bisa
di belai atau di bunuh, tetapi bisa juga di cintai dan di benci; ia dapat di
anggap indah atau jelek, suci atau profan. Dalam tubuh juga terdapat
nilai-nilai dari segala yang menyusunnya, juga terdapat nilai simbolik yang
mempengaruhi proses sosial yang mana berawal dari ciptaan cara pandang manusia
itu sendiri. Masyarakat mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
pemihakannya.
Dalam
aspek-aspek keadilan dan kesetaraan, sosok Nam merupakan perempuan yang tidak
menarik menjadi tersingkirkan. Nam tidak mendapatkan akses dalam memperoleh
hak-haknya secara semestinya. Ini dapat di lihat ketika Nam dan kawan-kawannya
perempuannya (kaum minoritas) antre ingin membeli minuman, saat Nam sudah ingin
mengambilnya tiba-tiba teman laki-lakinya menyerobot antrean. Hal ini
menegaskan bahwa akses Nam dan kawan-kawannya mendapat perbedaan. Yang mana
seharusnya Nam dan kawan-kawannya mendapatkan kesempatan yang sama dalam
memperoleh hak-hak dasar menjadi kaum yang harus mengalah dan tersingkirkan.
Dari film
ini di kontruksikan bahwa seorang perempuan itu haruslah cantik untuk bisa
mendapatkan sesuatu yang di inginkannya. Kontruksi masyarakat ini
memperlihatkan bahwa kaum yang tidak cantik akan terpinggirkan dan bahkan
keberadaannya pun akan tidak di butuhkan. Perempuan yang memiliki wajah cantik
dan berpenampilan menarik (memiliki wajah putih, rambut indah, tidak
berkacamata, tidak berbehel) akan mudah dalam mengakses apa yang dia inginkan.
Maka apabila seorang perempuan itu
ingin mendapatkan apa yang dia inginkan, dia harus menarik dan cantik, dan
untuk mendapatkan kecantikan, seorang perempuan haruslah memiliki kulit yang
putih, rambut indah, tidak berkacamata, tidak pula berbehel. Hal ini dapat
terlihat di mana seorang Nam yang dahulu adalah anak yang tidak cantik dan
tidak pula menarik terhalangi dalam mendapatkan akses publik. Dia tidak
mendapatkan hak yang seimbang dalam ranah partisipasi perolehan sumber daya.
Hal ini
berbeda ketika Nam merubah diri sekaligus penampilannya (kulit putih, rambutnya
terawat, tidak berkacamata, tidak berbehel) seluruh laki-laki otomatis akan
tertarik padanya. Dan ketika itu pula, Nam mendapat akses publik yang lebih.
Hal ini sama artinya dengan seorang yang memiliki kekuasaan akan mendapatkan
perlindungan hukum yang kuat, dan yang lemah sekaligus tidak memiliki kekuasaan
akan mudah untuk tertindas. Contoh di Indonesia itu sendiri kita lihat dari
kasus anak seorang pejabat yang menabrak seseorang hingga tewas, dia hanya di hukum
beberapa bulan saja, sedangkan orang lemah dan rakyat kecil yang hanya mencuri
sendal seharga 5000 harus di hukum 5 tahun penjara.
Payung hukum
yang tidak seimbang agaknya sudah menjadi rahasia publik yang semua orang
mengetahuinya. Dalam film pun juga seperti itu, masyarakat di kontruksikan
apabila dia tidak mempunyai kekuasaan, tidak menarik, tidak cantik maka akan
tersingkirkan. Pandangan bahwa perempuan harus memiliki wajah cantik, tubuh
yang ideal, penuh dengan kemenarikan agaknya harus di rubah. Dalam iklan pun
seperti itu, model wanita yang di pakai biasanya adalah wanita cantik, hal ini
membuat ketidak seimbangan wanita yang tidak cantik dan tidak menarik akan
tersingkirkan.